Mungkin ada antara kita para wanita yang kurang arif dengan apakah sebenarnya perbezaan cairan yang keluar dari badan kita. Perkara ini perlu dititikberatkan dalam menjaga ibadah sebagai seorang muslim.
Maka perkara sebegini perlu diketahui dengan sejelas-jelasnya agar kita tidak was-was dalam terus menjalankan tanggungjawab sebagai seorang Islam. Berikut adalah antara soal jawab yang terkumpul tentang cairan yang keluar daripada tubuh para wanita.
1) Apakah yang dimaksudkan dengan cairan kuning (ash-shufrah)? Jawab : Cairan berwarna kekuning-kuningan yang keluar dari kemaluan wanita.
1) Apakah yang dimaksudkan dengan cairan kuning (ash-shufrah)? Jawab : Cairan berwarna kekuning-kuningan yang keluar dari kemaluan wanita.
2) Apakah yang dimaksudkan dengan cairan keruh atau kotor (al-kudrah)? Jawab : cairan keruh yang berwarna kemerah-merahan, yang keluar dari kemaluan wanita (Syaikh Ibnu Utsaimin)
3) Apakah yang dimaksudkan dengan gumpalan putih (al-qashshah)? Jawab : Cairan putih yang dikeluarkan rahim ketika terputusnya haid. (Syaikh Ibnu Utsaimin)
4) Apakah darah kotor dan cairan berwarna kuning yang keluar sebelum haid diketegorikan sebagai darah haid? Jawab : Jika cairan tersebut yang keluar tersebut merupakan bahagian awal dari darah haid, maka ia boleh dikategorikan sebagai darah haid. Hal ini boleh diketahui dari munculnya rasa sakit dan memulas yang kebiasaanya dirasakan wanita ketika datang haid. Bila tidak ada tanda-tanda tersebut, maka yang bersangkutan masih dalam keadaan suci.(Syaikh Ibnu Utsaimin)
5) Apakah bila darah dan cairan berwarna kekuningan masih keluar (setelah haid) maka kita belum dalam keadaan suci? Jawab : Sebaiknya tunggu sampai habis atau hilang sebab darah kotor (cairan) yang keluar bersambung dengan keluarnya darah haid tetap dianggap darah haid. (Syaikh Ibnu Utsaimin)
6) Apakah segala sesuatu yang keluar dari kemaluan wanita tanpa ada dorongan syahwat mewajibkan mandi hadas? Jawab : Tidak (Syaikh Ibnu Utsaimin)
7) Apakah yang dimaksudkan dengan wadi? Jawab : Cairan yang keluar bersama dengan air kencing. Hukumnya najis, sama dengan air kencing, sehingga diwajibkan untuk membersihkannya tetapi tidak wajib mandi.(Jawatankuasa Tetap Bidang Fatwa)
0 comments:
Post a Comment